Embun telah beranjak dari dekap daun saat kami memasuki restoran untuk sarapan pagi di lantai 6 hotel Pyramid Front, Kairo, Mesir. Dan kami kembali terkesima ketika kaki melangkah ke ruang makan outdoor, mata kami dimanjakan oleh dua piramida yang berdiri bersisian di seberang jalan. Ya, hotel Pyramid Front ini letaknya persis di seberang komplek piramida Giza. Hingga tamu hotel bisa menyantap sarapannya sambil menikmati pemandangan dua piramida di bawah payung langit cerah kota Kairo. Sungguh sarapan yang indah dan berkesan.
Setelah itu, rombongan Wisata Puisi naik bis untuk city tour. Ohya, selama di Mesir kami dapat tambahan Tour Guide, namanya: Rizki. Orang Mesir asli yang fasih berbahasa Indonesia. Dipandu bang Rizki, kunjungan pertama kami di hari kedua pagi itu adalah Toko Parfum Halal (non alkohol) bernama Golden Eagle Crystal.
Kami disambut ramah oleh beberapa karyawan toko parfum tersebut dengan bahasa Indonesia yang cukup fasih. Kami dipersilakan duduk di atas bangku beludru di ruang tamu yang luas, sambil disuguhi minuman kopi, teh hangat, dan jus rosella dingin. Lalu, 33 aroma parfum khas Mesir diperkenalkannya kepada kami. Ada yang hanya melalui penjelasan, ada pula yang dioleskannya ke jari-jari tangan kami. Hingga tanpa sadar jemari kami begitu ringan merogoh kantong lebih dalam, untuk berkongsi mengumpulkan lembar- lembar dollar, agar bisa membawa pulang parfum-parfum wangi yang berkhasiat itu dengan diskon spesial.
Usai dari toko parfum, rombongan Wisata Puisi melanjutkan perjalanan ke makam cucu Rasulullah yang letaknya tak jauh dari komplek kampus Al Azhar, Kairo. Yaitu makam Sayyidina Hussein, putra dari Sayyidina Ali Bin Abi Thalib dan Sayyidatina Fatimah Az-Zahra.
Makam tersebut terbuat dari perak dan kerap dikunjungi peziarah dari berbagai belahan dunia. Mereka datang untuk mengenang perjuangan Sayyidina Hussein dalam mempertahankan Islam saat terjadi Perang Karbala di Iraq.
Riwayat mengisahkan, makam ini hanya berisi jasad kepala Sayyidina Hussein, sementara jasad tubuhnya dimakamkan di Karbala, tempat di mana Sayyidina Hussein menemui ajalnya dalam kondisi syahid.
Di kawasan makam cucu Rasulullah ini, Perruas membuat satu video puisi, yaitu puisi karya Ida Herida.
Selanjutnya, rombongan Wisata Puisi melaju menuju restoran Bumbu Indonesia lagi, restoran yang pernah kami datangi saat sarapan di hari pertama. Usai bersantap, kami kembali naik bis menuju bangunan megah yang merupakan Museum Nasional Peradaban Mesir (NMEC; National Museum of Egyptian Civilization).
Di sini kami menyaksikan secara langsung benda-benda kuno dari berbagai periode sejarah Mesir, seperti artefak, perhiasan, alat cocok tanam, pakaian, dan berbagai macam jenis peti mati raja Mesir.
Salah satu hal menarik yang menjadi perhatian di museum ini adalah lembaran Kitab Taurat yang dipercaya ditulis dengan tangan sejak zaman Nabi Musa, yang berisi 304.805 huruf.
Selain itu, di museum ini juga tersimpan rapi jasad raja-raja Mesir Kuno yangbdiawetkan. Termasuk jasad Raja Ramses II yang diyakini para sejarawan sebagai Raja Firaun yang dikisahkan dalam Al Qur’an tentang kebijakan dan perangainya yang buruk.
Sayangnya, pengunjung dilarang mengambil foto ataupun video di dalam ruangan jasad-jasad tsb.
Dapat disimpulkan bahwa NMEC adalah museum pertama di dunia yang berfokus pada peradaban kuno. NMEC dirancang melalui pendekatan tematik multidisiplin ilmu untuk menunjukkan warisan benda dan tak benda yang dimiliki bangsa Mesir. Selain itu, NMEC juga menjadi pusat budaya, pendidikan, rekreasi, dan penelitian yang penting untuk pengunjung cendekiawan lokal dan internasional.
Usai dari NMEC kami menuju mesjid Amr bin Ash, yaitu sebuah masjid bersejarah, yang merupakan mesjid tertua di Mesir dan benua Afrika serta di dunia (selain di Makkah, Madinah, dan Syam). Mesjid ini dibangun di jaman khalifah Umar bin Khatab.
Meski bangunan asli sudah tak tersisa lagi, namun sejarah awal pembangunannya menjadikan masjid ini memegang peranan penting bagi peradaban Islam di Mesir dan benua Afrika.
Hampir semua ulama besar dari kalangan sahabat dan tabiin di Mesir melaksanakan taklim di masjid ini. Termasuk Imam Syafi’i, taklimnya juga digelar di masjid ini.
Keindahan arsitektur mesjid Amr bin Ash menarik perhatian berbagai pihak termasuk para turis dari mancanegara dan para mahasiswa dari luar negeri yang menuntut ilmu di Mesir.
Bahkan, salah satu adegan Film Ketika Cinta Bertasbih yang diangkat dari novel karya Habiburrahman El-Shirazy, juga mengambil tempat di pelataran tengah masjid ini. Dan pembuatan video puisi juga dilakukan Perruas di halaman mesjid Amr bin Ash ini, yaitu shooting video puisi karya Ratna Asiawati dan Euis Handayani.
(Bersambung)