Screenshot_2024-12-16-14-21-58-69_a27b88515698e5a58d06d430da63049d
Home » Karya » Esai » Perjalanan Wisata Puisi 3M; Mesir, Madinah, Mekah (Bagian.4): Catatan Hening Wicara

Perjalanan Wisata Puisi 3M; Mesir, Madinah, Mekah (Bagian.4): Catatan Hening Wicara

 

Bis puisi melaju dari tepian Nil menuju wilayah kampus Al Azhar dalam gemerlap malam kota seribu menara, Kairo. Di seberang kampus Al Azhar, rombongan Wisata Puisi disambut ramah oleh perwakilan mahasiswa asal Indonesia, dan diantarkan menuju gedung pertemuan yang menjadi lokasi agenda Pentas Puisi Mesir.

Memasuki gedung yang bernama Rumah Budaya Rubu Gamaliyah, kami merasakan aura kerinduan pada kampung halaman yang memancar dari wajah-wajah teduh milik mahasiswa dan mahasiswi Al Azhar yang tergabung dalam komunitas Art Theis de Cairo di bawah naungan PPMI Mesir. Mereka telah menyiapkan panggung untuk menggelar acara bertajuk: “Kidung Sastra; Edisi Wisata Puisi PERRUAS Indonesia di Mesir”.

Acara ini merupakan sarasehan sastra dengan mengangkat tema “Sastra bagi Semua; Menemukan Ruang bagi Sastra di tengah Masyarakat”.

Tak hanya itu, acara ini juga diisi dengan penampilan orasi budaya, monolog serta deklamasi puisi oleh para seniman PERRUAS dan Art Theis de Cairo.

Kegiatan ini didukung oleh berbagai media massa Mahasiswa Indonesia di Mesir, yang digagas oleh para penggiat sastra seantero Kairo. Selain itu, acara ini juga sebagai ajang pentas puisi yang diselenggarakan Perruas di tiga wilayah yaitu: Mesir, Madinah, dan Mekah.

 

Acara ini dimulai sekitar pukul 21:00 yang dibuka oleh Presiden PPMI Mesir, Razi Alif Al-Faiz. Dalam sambutannya, ia mengungkapkan rasa senangnya atas terlaksananya Kidung Sastra ini, sebab ia membuktikan bahwa sastra masih segar di lingkungan Mesir.

Setelahnya, sambutan dari Ketua Art Theis de Cairo, bernama Azmil Azizul Muttaqin yang turut mengungkapkan rasa senangnya. Sambutan berakhir dari pendiri dan ketua Perruas, Datuk Asrizal Nur yang menuturkan bahwa dunia adalah puisi. Dalam artian, semua yang ada di dunia ini mengandung keindahan yang dapat dipuisikan. Selepas memberikan sambutan, tak lupa Datuk Asrizal memberikan cenderamata kepada PPMI Mesir dan Art Theis de Cairo.

Agenda pertama malam itu adalah Sarasehan Sastra, yang diisi oleh Ketua Perruas dan salah-satu anggota Perruas yang tergabung dalam rombongan Wisata Puisi, dan berprofesi sebagai dosen Fakultas Sastra di Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat, bernama: Andria C. Tamsin.

Di sini, Datuk Asrizal Nur menyampaikan perihal Puisi Multimedia, yang merupakan inovasi di dunia sastra. Tujuannya adalah mengantarkan para pendengar sampai pada makna puisi yang dituju. Selain itu, puisi juga menjadi lebih enak dan lebih aktraktif. Harapannya supaya puisi makin diterima oleh masyarakat luas. Tersebab inilah, Datuk Asrizal Nur digelari sang pelopor puisi multimedia.

Moderator kemudian melontarkan pertanyaan mengenai cara membudidayakan sastra di tengah masyarakat. Datuk Asrizal Nur menjawab bahwa demi melestarikan sastra dan mendapatkan tempat ditengah masyarakat, Perruas memiliki gerakan guru ber-skill sastra.

Ketika guru memiliki skill sastra, murid akan memiliki keterampilan dan gairah dalam sastra. Karena guru adalah gerbang sastra bagi sang murid.

Gerakan ini telah berbuah manis dan nyata. Perruas berhasil menghadirkan 1300 siswa yang berpartisipasi dalam even menulis sastra. “Karena demi membudidayakan sastra, kita tidak perlu melakukan banyak seminar-seminar, melainkan melakukan gerakan-gerakan yang nyata,” imbuh ketua Perruas itu.

Berikutnya, Bapak Andria C. Tamsin selaku pengisi sarasehan juga, turut menjawab pertanyaan bagaimana menyikapi elitis sastra dan memahami sastra itu sendiri. Ia menuturkan bahwa istilah elitis dan ekslusif sastra itu tidak pernah ada karena menurutnya sastra kurang mendapat perhatian dari pemerintah.

Bukti nyatanya, di sekolah tidak diajarkan sastra, padahal sastra memiliki tiga unsur yang dapat menghantarkan kita sebagai insan al kamil, yaitu etika, norma, dan estetika.

Masih dalam rentetan acara sarasehan, sesi tanya jawab pun dimulai. Dalam sesi ini, terdapat dua pertanyaan dari peserta yang berkaitan dengan materi yang disampaikan. Kedua pemateri sarasehan membeberkan jawaban dari pertanyan-pertanyaan yang dilontarkan peserta, bahwa menciptakan karya sastra itu tidak mudah, diperlukan sebuah intuisi. Intuisi dapat dihadirkan dari kontemplasi ketika pikiran merunduk dan hati terbuka. Sehingga karya sastra yang lahir dari itu akan terus melekat pada sang penikmat.

Acara dilanjutkan dengan orasi kebudayaan yang dibawakan oleh salah satu pegiat Art Theis de Cairo, Grand Colin dengan judul Bisakah Kita Beragama dengan Sastra?. Setelah orasi, pegiat Art Theis de Cairo lain dan seniman PERRUAS menampilkan rentetan deklamasi puisi.

Pada penampilan pertama, Bapak Galang Asmara membacakan sebuah syair yang berjudul Pesanku Kepada Anak-Anakku Semua, sebuah syair yang menyirat pesan sangat mendalam bagi teman-teman mahasiswa yang hadir. Penampilan selanjutnya adalah penampilan teman-teman Art Theis de Cairo, Ibu Tantri Subecti, Bapak Andria C. Tamsin (Husspuss), Ibu Winda Harniati (Gurindam Kataraga) serta penampilan puisi multimedia dari Datuk Asrizal (Janji Terakhir Musafir dan Kuda).

Para partisipan seakan tersihir oleh lantunan syair dan puisi mereka yang membekas di hati partisipan sehingga penonton tidak pulang dengan tangan kosong, melainkan dengan membawa benih-benih semangat sastra. Wakil Presiden PPMI Mesir, Ary Pramata Syuhada, menutup rentetan acara malam hari ini dengan doa dan foto bersama.